BAB
II
KAJIAN
TAKHRI>>>J HADIS
A. Pengertian dan
Urgensi Takhri>j al-H{adi>s\
Secara etimologi kata Takhrij
tersusun dari huruf خ- ر- ج
yang memiliki dua makna pertama النّفاذُ عن الشَّيء (pelaksanaan sesuatu) dan اختلافُ لونَين
(perbedaan dua
warna).[1]
Berasal dari akar kata خرج- يخرج- خروجا mendapat tambahan tasydi>d/syiddah
pada ra yang berarti mengeluarkan sesuatu dari tempat,[2] menampakkan,
menerbitkan, menyebutkan dan menumbuhkan. Maksudnya menampakkan sesuatu yang
tidak atau sesuatu yang masih tersembunyi, tidak kelihatan dan masih samar.
Penampakan dan pengeluaran di sini tidak mesti berbentuk fisik yang konkret,
tetapi mencakup nonfisik yang hanya memerlukan tenaga dan pikiran seperti makna
kata istikhra>j (استخراج)
yang diartikan istinba>t} (استنباط)
yang berarti mengeluarkan hukum dari nash/teks al-Qur’an dan hadis.[3]
Menurut istilah dan yang biasa dipakai oleh
ulama hadis, kata at-Takhrij mempunyai beberapa arti, yakni:
1.
Mengemukakan hadis kepada orang banyak dengan menyebutkan para
periwayatan dalam sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode
periwayatan yang mereka tempuh.
2.
Ulama hadis mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh
para guru hadis, atau berbagai kitab, atau lainnya, yang susunanya dikemukakan
berdasarkan riwayatnya sendiri, atau para gurunya, atau temannya, atau orang
lain, dengan menerangkan siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya
tulis yang dijadikan sumber pengambilan.
3.
Menunjukkan asal usul hadis dan mengemukakan sumber pengambilannya dari
berbagai kitab hadis yang disusun oleh para mukharrijnya langsung (yakni para
periwayatnya yang juga sebagai penghimpun bagi hadis yang mereka riwayatkan).
4.
Mengemukakan hadis berdasarkan sumbernya atau berbagai sumbernya yakni
kitab-kitab hadis, yang didalamnya disertakan metode periwayatannya dan
sanadnya masing-masing, serta diterangkan keadaan para periwayatnya dan
kualitas hadisnya.
5.
Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbernya yang
asli, yakni berbagai kitab, yang di dalamnya dikemukakan hadis itu secara
lengkap dengan sanadnya masing-masing: kemudian, untuk kepentingan penelitian,
dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.
Bila kelima pengertian at-takhrij itu
diperhatikan, maka pengertian yang dikemukakan butir pertama merupakan salah
satu kegiatan yang telah dilakukan oleh para periwayat hadis yang menghimpun
hadis ke dalam kitab hadis yang mereka susun masing-masing, misalnya Imam
al-Bukhari dengan kitab Sahihnya, Imam Muslim dengan kitab Sahihnya, dan Abu
Daud dengan kitab Sunannya.
Pengertian at-Takhrij
yang dikemukakan pada butir kedua telah dilakukan oleh banyak ulama hadis,
misalnya oleh Imam al-Baihaqi, yang telah banyak mengambil hadis dari kitab
as-Sunan yang disusun oleh Abu Hasan al-Basri as-Saffar, lalu al-Baihaqi
mengemukakan sanadnya sendiri.
Pengertian at-Takhrij
pada butir ketiga banyak dijumpai pada kitab-kitab himpunan hadis, misalnya
Bulughul Maram susunan Ibnu Hajar al-‘Asqalani, dalam melakukan pengutipan
hadis pada karya tulis ilmiah, mestinya diikuti pengertian at-Takhrij pada
butir ketiga tersebut, dengan dilengkapi data kitab yang dijadikan sumber. Dengan
demikian hadis yang dikutip tidak hanya matannya saja, tetapi minimal juga nama
mukharrijnya dan nama periwayat pertama (sahabat Nabi) yang meriwayatkan hadis
yang bersangkutan.
Pengertian istilah
at-Takhrij yang dikemukakan pada butir keempat, biasanya digunakan oleh ulama
hadis untuk menjelaskan berbagai hadis yang termuat di kitab tertentu, misalnya
kitab Ihya ’Ulumiddin susunan Imam al – Ghazali (wafat 505 H/1111 M), yang
dalam penjelasannya itu dikemukakan sumber pengambilan tiap-tiap hadis dan kualitasnya
masing-masing, Zainuddin ‘Abdirrahman bin al-Husain al’Iraqi (wafat 806 H/1404
M) telah menyusun kitab takhrij hadis untuk kitab Ihya’ ‘Ulumiddin dengan judul
Ikhbar al-Ihya’ bi Akhbar al-Ihya’ sebanyak empat jilid.
Adapun pengertian
at-Takhrij yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis lebih lanjut
ialah pengertian yang dikemukakan pada butir kelima. Berangkat dari pengertian
itu, maka yang dimaksud dengan Takhrij al-Hadis dalam hal ini ialah penelusuran
atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang
bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan
sanad hadis yang bersangkutan.
Olehnya
itu kegiatan dari takhri>j
al-h{adi>s\ ini sangatlah penting, sedikitnya ada tiga
hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhri>j
al-h{adi>s\ dalam melaksanakan penelitian hadis, yaitu:
- Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti
- Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
- Untuk mengetahui ada atau tidaknya sya>hid dan mutabi‘[4] pada sanad yang diteliti.
Dengan demikian, pentinganya kegiatan takhri>j al-h{adi>s\ tersebut tidak terlepas dari
unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian takhri>j al-h{adi>s\ itu sendiri.
B. Metode Takhri>j
Untuk mengetahui kejelasan hadis
beserta sumber-sumbernya, ada beberapa metode takhrij yang dapat dipergunakan
oleh mereka yang akan menelusurinya. Metode-metode takhrij ini diupayakan oleh
para ulama dengan maksud untuk mempermudah mencari hadis-hadis rasul. Para ulama telah banyak
mengkodifikasikan hadis-hadis dengan mengaturnya dengan susunan berbeda satu
dengan yang lainnya, sekalipun semuanya menyebutkan ahli hadis yang
meriwayatkannya. Perbedaan cara-cara mengumpulkan
inilah yang akhirnya menimbulkan Ilmu Takhrij. Sesuai dengan cara Ulama
mengumpulkan hadis-hadis, dapatlah kita katakan bahwa metode-metode takhri>j
al-hadi>s\ disimpulkan dalam lima macam metode :
1.
Takhri>j Melalui Lafal Pertama Matan
H}adi>s|
Sebagian
menganggap bahwa metode ini adalah cara termudah dalam mencari h}adi>s|.
Metode ini digunakan berdasarkan lafal pertama dari matan h}adi>s|. Di
samping itu, metode ini juga mengkodifikasinkan h}adi>s|-h}adi>s| lafal
pertamanya sesuai dengan urutan huruf hijaiyah.
Adapun
kitab-kitab yang disusun berdasarkan huruf hijaiyah sebagai berikut:
a. Kitab Al-Ja>mi’
al-S{agi>r fi> Ah{a>di>s\ al-Basyi>r al-Naz\i>r
Kitab
ini dikarang oleh al-H}afi>z} Jala>l
al-Di>n Abu>> al-Fad}l ‘‘Abd al-Rah}ma>n bin Abi> Bakr Muh}ammad
al-Khud}airi> al-Suyu>t}i> al-Syafi>’i atau lebih dikenal dengan
Imam al-Suyu>t}i. Dalam mentakhri>j suatu
h}adi>s|, dalam kitab ini diatur menurut urutan huruf hijayyah agar
pencarian lebih mudah. Kemudian dengan lafal pertama (awal) dari matan
h}adi>s| dengan pasti.
Dalam
kitab ini tidak menuliskan keterangan-keterangan h}adi>s| secara lengkap,
tetapi disingkat lalu digunakan kode-kode tertentu: صح berarti صحيح, حberarti حسن, ض berarti ضعيف .
Kemudian dalam penyusunan kitab ini, menulis nama-nama kitab
terdapatnya h}adi>s|-h}adi>s| yang disusun. Kode-kode yang dipakai oleh
penyusun kitab ini tercantum dalam muqaddimahnya, berikut keterangan maksud
kode-kode tersebut, diantaranya:
1) ﺥ berarti
Imam Bukha>ri> dalam
S}ah}i>hnya
2) ﻡ berarti Imam Muslim dalam s}ah}i>hnya
3) ﻕ berarti H}adis| muttafaq ‘ilaih (Imam Bukha>ri> dan
Muslim dalam kedua s}ah}i>hnya)
4) ﺩ berarti Imam Abu>> Da>wud dalam sunannya
5) ﺕ berarti Imam Turmuz\iy dalam sunannya
6) ﻥ berarti Imam Nasa>‘i> dalam sunannya
7) ﻩ berarti Ibnu Ma>jah dalam sunannya
8) ٤ berarti H}adis| yang
diriwayatkan oleh empat ulama h}adis| dalam sunan mereka (Abu>>
Da>wud, Turmuz\i, Nasa>‘i dan Binu Ma>jah)
9) ٣ berarti diriwayatkan oleh
Abu>> Da>wud, Turmuz\i dan Nasa>‘i
b. Kitab Fath} al-Kabi>r fi> D{amm al-Ziya>dah li Ja>mi>’
al-S{agi>r
Setelah Imam Suyu>t}i selesai menyusun kitab “al-Jami>’al-S}aghi>r” yang lain.
Dalam kitab tersebut beliau menyatukan antara h}adi>s|-h}adi>s| perkata
yang terdapat dalam kitab al-Ja>mi>’al-Kabi>r
dengan h}adi>s|-h}adi>s| dari luar al-Ja>mi’al-Kabir.
Keistimewaan yang dimiliki kitab al-Fath}u al-Kabi>r ini ialah mencakup
h}adis|-h}adis| yang banyak sekali jumlahnya, karena ia merupakan perpaduan
dari dua kitab. Sedangkan kekurangannya beliau dalam kumpulannya tdak
menyebutkan hukum-hukum h}adis|, baik yang s}ah}i>h, h}asan dan yang Dha’if,
padahal ini sangat penting sekali. [6]
Kegunaan metode kitab ini sama seperti yang digunakan oleh
kitab al-Jami>’ al-S}aghi>r yang lalu, hanya saja bila kita mendapatkan
huruf (ﺯ ) ini berarti h}adis| tersebut berpindah dari ziyadah al-Jami’. Dalam kitab karya
al-suyu>t}i memiliki keistimewaan dan memiliki kekurangan.
c.
Kitab
Jam’u al-Jawa>mi’ atau al-Ja>mi’ al-Kabi>r
Kitab
ini diklasifikasikan dalam dua kelompok,[7]
yakni h}adis| perkata (qauliy, h}adis| perbuatan (fi’liy) diklasifikasikan
dalam tempatnya tersendiri. Sistematik yang digunakan dalam penyusunan
h}adis|-h}adis| perkata sebagai halnya urutan huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada huruf pertama dan
seterusnya dari matan h}adis|. Adapun h}adis| perbuatan disusun menurut
nama-nama sahabat. Penyusunan menuliskan nama setiap sahabat sebelum
h}adis|-h}adis| yang diriwayatkan oleh masing-masing mereka, baik berupa
perbuatan Rasul yang dilihatnya atau perbuatan sendiri.
Selain
kitab diatas, masih ada kitab yang disusun berdasarkan metode pertama (lafal
awal) diantaranya:
a)
Kitab
al-Ja>mi’ al-Azha>r min al-H{adi>s\ al-Nabawi> al-Anwa>r karangan
al-Ha>fiz} Abd al-Ra‘uf bin Taj al-Di>n ‘Ali> bin
al-H{adda>di> al-Mana>wi> al-Qaha>ri> al-Syafi>’i.
b)
Kitab hidayah al-Bary ila> Tartib ‘Ahdits al- Bukhary, karya as-Sayyid
‘Abdur-Rahman bin ‘Anbar ath-Thahthawy
c)
Kitab Kunu>z al-Haqo’iq Fi> H}adi>s| Khair al-Khala’il, karya
‘Abdu ar-Rauf al-Manawi
d)
Kitab al-Maqa>s}id al-H}asanah Fi> Baya>n Kas|ir min al-Ah}a>dis|
al-Musytahirah ‘ala al-Alsinah, karya al-H{a>fiz} Syamsuddin Abu>
al-Khair Muh}ammad bin ‘Abdu al-Rahman al-Sakhowy. wafat pada tahun 905 H.
e)
Kitab Tamyiz al-Thayyib Min al-Khabits Fi> Ma> Yadu>ru ‘Ala Alsinati
an-Na>s min al-H}adi>s|, karya Imam ‘Abdu al-Rahman bin Ali terkenal
dengan Binu al-Diiba’, murid al-H}afiz} al-Sakhowi.
f)
Kitab Kasyf al-Kahafa wa Muziil al-Ilbas Amma Asytahara min al-H}adis| Ala
Alsinahan-Naas, karya Syeikh Isma’il bin Muh}ammad bin ‘Abdu al-Hady
al-Jiraahy Al’ajluny ad-Dimasyqy, wafat pada tahun 1162.
2.
Takhri>j Melalui Kata-kata Dalam Matan
H}adi>s|
Metode
ini bergantung kepada kata-kata yang terdapat dalam matan h}adi>s|, baik itu
berupa isim (nama benda) atau fi‘il (kata kerja). Dalam penyusunan kitab ini
menitikberatkan peletakan h}adi>s| menurut lafal-lafal yang asing. Semakin
asing (gharib) suatu kata, maka pencarian h}adi>s| akan semakin mudah dan
efisien. Di samping itu kitab ini mempunyai keistimewaan dan kekurangan[8].
Di
antara keistimewaan metode ini ialah : 1) Metode ini mempercepat pencarian
h}adi>s|-h}adi>s|; 2) Para penyusun kitab-kitab takhri>j dengan metode
ini membatasi h}adi>s|-h}adi>s| dalam beberapa kitab-kitab induk dengan
menyebutkan nama kitab, juz, bab dan halaman; 3) Memungkinkan pencarian
h}adi>s| melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan h}adi>s|.
Sedangkan di antara kekurangan metode ini ialah: 1) Keharusan memiliki
kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmu-ilmunya yang memadai. Karena
metode ini menuntut untuk mengembalikan setiap kata-kata kuncinya kepada kata
dasarnya; 2) Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat untuk
mengetahui nama sahabat yang menerima h}adi>s| dari Nabi saw.; 3) Terkadang
suatu h}adi>s| tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang
mencarinya harus menggunakan kata-kata yang lain.
Pada
kitab ini dalam metode takhri>j melalui kata-kata yang terdapat dalam Matan
h}adi>s| adalah kitab Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s
al-Nabawi> oleh A. J. Wensinck. Kitab Mu’jam ini merupakan kumpulan
h}adi>s|-h}adi>s| yang terdapat dalam Sembilan kitab induk h}adi>s|:
a) S}ah}i>h al-Bukha>ri>y; b) S}ah}i>h Muslim; c) Sunan Turmudz|iy;
d) Sunan Abu>> Da>wud; e) Sunan Nasa>’i>; f) Sunan Ibnu
Ma>jah; g) Sunan al-Da>rimiy>; h) Muwaththa’ Ma>lik; i) Musnad Imam
Ah}mad.
Dalam
mentakhri>j suatu h}adi>s| dengan metode ini, maka langkah pertamanya
adalah menentukan kata kuncinya. Artinya kata tersebut adalah sebagai alat
untuk mencari h}adi>s|. Setelah itu kembalikan pada kata tersebut kepada
bentuk dasarnya. kemudian mencari dalam kitab mu’jam menurut urutannya dalam
huruf hijaiyah. Langkah selanjutnya mencari bentuk kata sebagaimana yang
terdapat dalam kata kunci tersebut untuk menemukan h}adi>s| yang di maksud.
Kode-kode kitab terdapatnya h}adi>s| tersebut tercantum disamping setiap
h}adi>s|. Demikian pula halnya dengan tempat h}adi>s| tersebut dalam
kitabnya. Kode-kode tersebut bukan hanya sekedar memperkenalkan kitab sumber
h}adi>s|, tetapi bermaksud menganjurkan untuk menilai setiap h}adi>s|nya.
Berikut kode-kode yang digunakan untuk keterangan tempat h}adis},yaitu:
1)
ﺥ berarti s}ah}i>h al-Bukha>riy
dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
2)
ﺪ berarti sunan Abu> Da>wud
dengan mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
3)
ﺕ berarti sunan Turmuz|iy dengan
mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
4)
ﻥ berarti sunan al-Nasa>’iy dengan
mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
5)
ﺟﮫ berarti sunan Ibnu Ma>jah dengan
mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
6)
ﺪﻯ berarti sunan Da>rimiy dengan
mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
7)
ﻡ berarti s}ahi>}h Muslim dengan
mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
8)
ﻃ berarti Muwaththa’ Malik dengan
mencantumkan tema dan nomor bab terhadap h}adi>s|
3. Metode Takhri>j
Melalui Periwayat Pertama H}adi>s|
Metode ini berdasarkan pada perawi pertama suatu
h}adi>s|, baik perawi dari kalangan sahabat bila sanad h}adi>s|nya
bersambung kepada Nabi (muttas}i>l), atau dari kalangan tabi‘in. Sebagai
langkah pertama ialah mengenal lebih dahulu perawi pertamanya setiap
h}adi>s| yang akan ditakhri>j melalui kitab-kitabnya. Langkah selanjutnya
mencari nama perawi pertama tersebut dalam kitabnya, kemudian mencari
h}adi>s|-h}adi>s| yang tertera dibawah nama perawi pertama.
Adapun
kitab-kitab yang digunakan dalam metode
takhri>j ini adalah:
a.
Tuh{fah al-Asyra>f bi Ma’rifah al-At}ra>f oleh al-Ha>fiz} al-Muh{aqqi>q
Muh{addi>s\ al-Sya>m Jama>l al-Di>n Abu> al-Hajja>j Yu>suf
ibn al-Zakki> ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Yu>suf al-Qad}a>’i al-Qalbi>
al-Mizzi> al-Dimisyqi> al-Syafi>‘i> atau dikenal dengan Ima>m
al-Mizzi>.
Dalam
kitab ini terlebih dahulu mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan
h}adi>s|. Maka dituntut untuk
mengetahui tabi‘in yang meriwayatkan darinya. Apabila nama tabi‘in tidak
diketahui sebagai perawi diatas. Pada bagian tertentu pentahqiq kitab
mencantumkan kan nama pertama dan nama akhir sahabat-sahabat yang terdapat
padanya.
Dengan
demikian secara pintas dapat mengetahui nama sahabat yang dicari pada bagiannya
sendiri. Bila telah mengetahui nama sahabat yang bersangkutan, selanjutnya
menelusuri h}adi>s|-h}adi>s|nya hingga sampai pada h}adi>s| yang
dimaksud. Sahabat dari kalangan yang banyak meriwayatkan h}adi>s|, oleh
penyusun nama-nama tabi‘in yang meriwayatkan darinya diurut berdasarkan huruf
mu‘jam. Nama sahabat tersebut tentunya dicari menurut nama tabi‘innya
berdasrkan huruf-hurufnya. Namun bila tidak mengetahui nama perawi dari
sahabat, maka harus menelusuri h}adi>s| sahabat tersebut tanpa terlebih
dahulu melihat murid-muridnya.
b. Kitab Syawa>hir
al-Mawa>ris fi ala Mawa>dhi> al-Hadi>s\ oleh Ima>m Alla>mah Abd al-Gha>ni
bin Isma>’il al-Hana>fi>a al-Dimisyqi>. Yang
lahir di damaskus 5 dzulhijjah tahun 1050 H, dan wafat pada tahun 1143 H[10]
Metode takhri>j pada kitab ini, langkah pertama yang harus diketahui ialah
perawi h}adi>s|, kemudian meneliti apakah perawi tersebut seorang sahabat
ataukah seorang tabi‘in atukah seorang yang mubham (tidak disebut namanya).
Bila perawi tersebut seorang sahabat, maka ketahuilah namanya atau julukannya
tersebut pada indek-indek kitab tersebut. Bila telah memukan identitas perawi
tersebut, langkah selanjutnya ialah menelusuri h}adi>s|-h}adi>s|
satu-persatu sambil memperhatikan peyusunan kitab, tidak mencantumkan teks h}adi>s|, tetapi hanya sejumlah kata
yang ringkas dan sekiranya menunjukkan maksud h}adi>s|. Kitab ini memiliki kelebihan
dan kekurangan[11]
c. Kitab-kitab Musnad seperti Musnad
al-Imam Ah}mad bin Hanbal disusun oleh Imam Ah}mad bin H}anbal. Lahir
pada tahun 164 H dan wafat pada jum’at 12 rabiul awal 241 H.[12]
Metode takhri>j dengan musnad Imam Ah}mad bin H}anbal, terlebih dahulu
memperkenalkan kepada sahabat yang meriwayatkan h}adi>s|. Bila telah
mengetahui sahabat yang meriwayatkan h}adi>s| tersebut, kemudian mencari
h}adi>s|-h}adi>s| pada musnad. sangat membantu bila terlebih dahulu
melihat daftar isi yang terdapat pada akhir setiap juz. Bila sampai pada
h}adi>s|-h}adi>s|nya, maka langkah selanjutnya ialah memelusuri h}adi>s|-h}adi>s| yang
di maksud. Disamping itu juga kitab ini memiliki kelebihan dan kekurangan.[13]
4. Metode Takhri>j
Menurut Tema H}adi>s|
Takhri>j
dengan metode ini bersandar pada pengenalan tema h}adi>s| dan sebagian ahli
mengatkan bahwa takhri>j al-h}adi>s| dengan pendekatan tema merupakan
cara terbaik dalam mencari h}adi>s|. Disamping itu, metode ini memiliki keistimewaan
dan kekurangan.
Adapun kelebihan metode ini:
1) Metode tema
h}adi>s| tidak membutuhkan pengetahuan-pengetahan lain diluar h}adi>s|,
seperti keabsahan lafal pertamanya, sebagaimana metode pertama, pengetahuan
bahasa arab dengan perubahan-perubahan katanya sebagai metode kedua, dan
pengenalan perawi teratas sebagai metode ketiga, yang dituntut oleh metode ke
empat ialah pengetahuan akan kandungan h}adi>s|. Hal ini logis dalam
mempelajari h}adi>s|-h}adi>s|, 2)metode ini mendidik ketajaman pemahaman
h}adi>s| pada diri penelitian. Seorang peneliti setelah menggunakan metode
ini beberapa kali akan memiliki kemampuan yang tambah terhadap tema dan maksud
h{adi>s| yang merupakan fiqh h}adi>s|, 3)metode ini juga memperkenalkan
kepada peneliti maksud h}adi>s| yang dicarinya dan h}adi>s|-h}adi>s|
yang senada dengannya, ini tentunya akan menambah kesemangatan dan membantu
memperdalam permasalahan, sedangkan kekurangannya; 1) Terkadang kandungan
h}adi>s| sulit disimpulkan oleh seorang peneliti hingga tidak dapat
menentukan temanya. Akibatnya dia tidak mungkin memfungsikan medote ini, 2)
Terkadang pula pemahaman penelitian tidak sesuai dengan pemahaman penyusunan
kitab, sebagai akibatnya penyusun kitab meletakkan h}adi>s| pada pada posisi
yang tidak diduga oleh peneliti.[14]
Dalam
kitab Mifta>hu Khunu>zi
as-Sunnah, yang disusun oleh AJ. Wensinck.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut ada 14 buah kitab,
diantaranya: a) S}ah}i>h al-Bukha>riy>; b) S}ah}i>h Muslim; c)
Sunan Turmudz|i>y; d) Sunan Abu>> Da>wud; e) Sunan Nasa>’i>;
f) Sunan Ibnu Ma>jah; g) Sunan al-Da>rimi>y; h) Muwaththa’ Ma>lik;
i) Musnad Imam Ah}mad; j) Musnad
al-Thayalisi; k) Musnad Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Thalib yang wafat pada tahun 122 H; l)
al-Thabaqat al-Kubra, karangan al-H}afizh al-S|iqah Muh}ammad bin Sa‘ad wafat
tahun 230 H; m) Sirah Ibnu Hisyam; n) al-Maghazy, karangan Muh}ammad bin Umar
al-Waqidy, wafat tahun 207 H.
Selain
kitab takhri>j al-h}adis| yang disebut di atas, masih banyak lagi kitab
takhri>j yang berdasarkan tema antara lain:
a) Kanz al-‘Umma>l
fi> Sunan al-Aqwa>l wa al-Af‘a>l karangan Syeikh Imam ‘A<lim Kabi>r Muh}addis\ ‘Ali> bin
H{isa>m al-Di>n ‘‘Abd al-Ma>lik bin Qa>d}i> Khan, terkenal
dengan sebutan Imam al-Muttaqi>.[15]
b) Kitab Bulu>ghu
al-Mara>m min Ja>mi' Adillati al-Ahkam oleh Al-Hafizh Binu Hajar
c)
Kitab al-Durru al-Mantsu>r Fi>
al-Tafsi>r bi al-Ma’tsu>r oleh al-Hafidz Jalaluddin al-Suyu>thy.
d)
Kitab Kifa>yah al-Tha>lib Fii Khasha>’ish al-Habi>b, oleh
al-H}afidz Jalaluddin al-Suyu>t}iy.
5. Metode Takhri>j Berdasarkan
Status H}adi>s|
Metode
ini adalah metode yang mengetengahkan suatu hal yang berkenaan dengan upaya
pada kumpulan h}adi>s| berdasarkan status h}adis|. Kitab-kitab ini sangat
membantu dalam proses pencarian h}adi>s| berdasarkan statusnya, seperti h}adi>s|
qudsi, h}adi>s| masyhur, h}adis| mursal, h}adi>s| shahi>h dan lain-lain. Kitab-kitab
tersebut dapat diketahui melalui kitab yang berdasarkan metode tersebut, antara
lain :[16]
a. Kitab al-Azha>r
al-Mutana>tsirah fi> al-Akhba>r al-Mutawa>tirah karangan
al-H{afiz} Imam Jalal al-Di>n al-Suyu>t}iy.
Kitab
ini menghimpun h}adi>s|–h}adi>s| yang memuat syarat-syarat mutawatir,
yaitu dengan perawi-perawi pada setiap tingkatannya sepuluh orang atau lebih.
Al-Suyu>t}iy menyebutkan sanad-sanad secara lengkap dari ulama yang
mengeluarkan hingga tinggkatan sahabat.
Untuk
mengfungsikan kitab ini terlebih dahulu harus diketahui secara pasti bahwa
h}adi>s| yang akan di takhri>j adalah mutawatir. Dalam kitab al-Azhar al-Suyu>t}iy mencantumkan
ulama yang mengeluarkannya, untuk itu harus merujuk pada kitab-kitab mereka dan
menjelaskan posisi h}adi>s| pada masing-masing kitabnya.
b. Kita>b al-
Ittih}a>fa>t al-Saniyyah fi> al-Ah}a>di>s\ al-Qudsiyyah karangan Syaikh Muh}ammad bin Mah}mu>d
bin S{a>lih} bin H{asan
al-T{arbizu>ni>.
Kitab-kitab
ini memuat h}adi>s|-h}adi>s| qudsi>.[17]
Untuk mengfungsikan kitab ini terlebih dahulu dikerahui secara pasti bahwa
h}adi>s| tersebut adalah h}adi>s| qudsi>, kemudian merujuk
kepada kitab-kitab yang ditujukan dan mengeluarkan takhri>j.
c. Kitab al-Marasil,
karangan Abu> Daud dan lain sebagainya.[18]
Kitab
ini memuat h}adi>s|-h}adi>s| yang mursal, h}adi>s|–h}adi>s| disusun
berdasarkan tema, dan untuk mentakri>j h}adi>s| dalam kitab ini harus
mencari melalui temanya.
Dengan
demikian, lima metode takhri>j al-h}adi>s| yang telah diklasifikasikan
oleh para ulama dengan tujuan untuk membantu para peneliti dan pencari
h}adi>s| untuk mendapatkan h}adi>s| yang dibutuhkan.
d. Kitab S{ah}i>h} wa
D{a‘i>f al-Ja>mi‘ al-S{agi>r wa Ziya>datuh al-Fath} al-Kabi>r oleh
Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Ba>ni>.
Untuk mencari
h}adi>s| dalam kitab ini, terlebih dahulu harus mengetahui status
h}adi>s| dari segi kualitasnya. Kemudian melakukan penelusuran matan
h}adi>s| mulai dari nomor urut pertama karena h}adi>s|-h}adi>s| yang dimuat
dalam kitab ini disusun berdasarkan alphabet huruf hijaiyyah.
C. Proses
Takhri>j H}adi>s|
Dalam kesempatan ini, peneliti hanya akan
menggunakan metode pertama sampai metode ke-empat. Dan adapun Hadis yang akan ditakhri>j adalah
hadis yang berbicara tentang keutamaan
do’a, yaitu sebagai berikut:
إن
الدعاء
هو العبادة ‘ ثم قرأ وقال ربكم ادعوني أستجب لكم
Artinya: "Sesungguhnya do'a
adalah ibadah." Kemudian beliau membaca: "Berdo'alah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS Al Ghafir; 60)
Dalam mentakhrij hadis di atas penulis
membatasi dengan hanya menggunakan kitab-kitab dari kutub al-Tis’ah saja.
Adapun
hasil yang kami peroleh setelah meneliti hadis tersebut dengan menggunakan
metode-metode yang telah disebutkan diatas
sebagai berikut:
a.
Metode berdasarkan lafal pertama matan hadis
Kitab
yang digunakan dalam metode ini ialah Fath}
al-Kabi>r fi D{amm al-Ziya>dah ila> Jami’ al-S{agi>r karangan al-H}a>fiz}
Jalal al-Din Abu> al-Fad}l ‘Abd al-Rah}man ibn Abi Bakr Muhammad al-Khudai>ri
al-Suyu>t}i> atau lebih dikenal dengan nama Imam al-Suyu>t}i>.
Adapun
lafal pertama yang dipergunakan ialah الدعاء dan hasil yang
didapatkan sebagai berikut :
( 6389 ) ( ( الدُّعاءُ هُوَ العِبادَةُ ) ) ( حم ش خد 4 حب ك ) عن النعمان بن بشير ( ع ) عن البراء.[19]
Dari keterangan di atas
kitab sumber yang dituju terdapat pada kata yang berada dalam kurung, yaitu :
b.
ش berarti Ima>m Abi> Syaibah
c.
خد4
berarti hadis yang
diriwayatkan oleh empat ulama hadis dalam sunan mereka (Abu>>
Da>>ud, Turmu>z\i>, Nasa>’I, dan Ibn Ma>jah)
d.
حب
berarti Ibn H{ibban dalam
S{ah}i>h}-nya
e.
ك berarti al-Hakim dalam Mustadrak-nya
f.
عن النعمان بن بشير menunjukkan
rawi a’la yaitu Nu’man bin Basyir
b.
Metode Berdasarkan Salah Satu Lafaz Pada Matan Hadis
Dalam
metode ini kitab yang digunakan ialah Mu’jam Mufahras li Alfadz al-Hadis
al-Nabawi[21] karya A.J
(Ahmad John) Weinsijk dengan judul asli Concordance Et Indices De La
Tradition Ma Sulmane yang diterjemahkan oleh Muhammad Fu’ad Abd
al-Baqi’.
Adapun
hasil yang didapat melalui metode ini ialah:
1.
دعاء
الدعاء هو العبادة ت تفسير سورة ٢ ٬ ١٦
٬ . ٤ ٬٬ جه
دعاء ١ ٬٬ حم
٤ ٬ ٢٦٧٬ ٬ ٢٧١ ٬ ٢٧٦[22]
2.
عبادة
الدعاء هو العبادة د
وتر ٢٣ ٬٬ ت تفسير سورة ٢ ٬ ١٦ ٬ .٤ ٬
دعوات ١ ٬٬ جه دعاء ١ ٬٬ حم ٤ ٬ ٢٦٧ ٬ ٢٧١٬ ٢٧٦٬ [23]
Adapun
penjelasan dari penelusuran hadis yang kami dapat diatas melalui metode ini sebagai
berikut :
1.
Untuk lafal matan دعاء terdapat pada :
Ø
Sunan al-Turmu>z\i> :Kitab Da’awat, nomor urut hadis 16.
Ø
Sunan Ibnu Majah : Kitab Do’a, nomor urut hadis 1.
Ø
Musnad Imam Ahmad : nomor urut hadis 267, 271 dan 276
2.
Untuk lafal matan عبادة terdapat pada :
Ø
Sunan Abu> Da>ud : Kitab Witir, no urut hadis 23.
Ø
Sunan al-Turmu>z\i> : Kitab Da’awat, no urut hadis 16.
Ø
Sunan Ibnu Majah : Kitab Do’a, nomor urut hadis 1.
Ø
Musnad Imam Ahmad : nomor urut hadis 267, 271 dan 276.
Melalui
metode ini hadis yang diteliti hanya ditemukan di empat kitab dari Sembilan
kitab sumber (الكتب التسعة) yang dipakai dalam metode ini. yaitu hanya ada dalam
kitab Sunan al-Turmu>z\i>, Sunan Ibnu Majah, Musnad Ahmad dan Sunan Abu>
Da>ud sebagaimana yang telah dicantumkan di atas.
c.
Metode berdasarkan Rawi A’la / Sanad terakhir
Kitab yang digunakan dalam metode ketiga yang
berdasarkan rawi A’la adalah Tuhfah al-Asyra>f bi> Ma’rifah al-At}ra>f[24]
yang ditulis oleh Jamal al-Di>n Abu> al-Hajja>j al-Mizzi>. Adapun
rawi A’la yang akan kami telusuri ialah Nu’man bin Basyir. dan hasil
dari pencarian dalam kitab tersebut ialah :
*11643 (د ت س ق) ـ حديث: «الدعاء هو العبادة، {وَقَالَ ربُّكم
ادعُوني استجبْ لكم} (غافر: 60)». د في الصلاة (359: 1) عن حفص بن عمر، عن شعبة، ع ن منصور، عن ذر، عن
يسيع الحضرمي به. ت في التفسير (2 البقرة: 19) عن هناد، عن أبي معاوية، عن الأعمش،
عن ذر بمعناه، وقال: حسن صحيح. و(41 المؤمن) عن بندار، عن ابن مهدي، عن سفيان، عن
منصور والأعمش، كلاهما عن ذر نحوه، وقال: حسن صحيح. وفي الدعوات (2: 2) عن أحمد بن
منيع، عن مروان ابن معاوية، عن الأعمش نحوه. س في التفسير (في الكبرى) عن هناد به.
وعن سويد ابن نصر، عن عبد الله، عن شعبة نحوه. ق في الدعاء (1: 2) عن علي بن محمد،
عن وكيع، عن الأعمش به.
(*)أبو الأشعث
الصنعانيُّ، عن النعمان بن بشير [25]
Maksud
dari keterangan di atas adalah :
Ø Angka
Ø 11643 adalah
urutan hadis dalam kitab
Ø Kode huruf د
ت س ق adalah kitab sumber yang dituju yaitu Abu>
Da>ud, Turmu>zi>, al-Nasa>I dan Ibnu Mâjah.
Melalui metode ini memberikan petunjuk bahwa
hadis tersebut terdapat pada :
Ø Kitab Sunan Abi> Da>ud,
kitab S{alat, Juz 1, Halaman 359.
Ø Kitab Sunan
al-Turmuzy, kitab Da’awat, Juz 2, Halaman 19.
Ø Kitab Sunan al-Nasa>I
al-Kabir, Kitab Tafsir (Didalam Kitab al-Kabir), Juz 2, Hal. 2.
Ø Kitab Sunan Ibnu Majah,
Kitab Do’a, Juz 2, Halaman 1.
d. Metode berdasarkan tema
hadis
Adapun kitab yang
digunakan dalam metode ini yaitu Kitab Mifta>h} al-Kunu>z al-Sunnah, karya
A.J Weinsinck.
Adapun
hasil yang didapatkan dengan menggunakan tema فضل الدعاء
(Keutamaan Do’a) adalah
:
* فضل الدعاء —
تر - ك ٤٥
ب١•١
مج
– ك ٣٤ ب ١
ز
– ح ٩٩٢
حم
- رابع
ص ٢٦٧ و ٢٧١
و ٢٧٦
ط
– ح ١•٨
Maksud
dari keterangan di atas adalah :
Ø تر Lihat Sunan al-Turmu>zi, Kitab ke-45,
Bab 101
Ø مج Lihat Sunan Ibnu Majah, Kitab ke-34, Bab
1
Ø ز Lihat Musnad Zaid bin ‘A<li, Hadis ke- 992
Ø حم Lihat Musnad
Ahmad, Halaman 267, 271 dan 276
Ø
ط Lihat Musnad
al-T{ayalisy, Hadis ke-801
D. Merujuk ke Kitab
Sumber
a. Kitab Sunan Ibnu Majah,
terdapat 1 Riwayat, pada Kitab Do’a, Juz 2, Halaman 1:
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ ذَرِّ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ الْهَمْدَانِيِّ عَنْ يُسَيْعٍ الْكِنْدِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ
بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ } وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ[26]{
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada
kami Waki' dari Al A'masy dari Dzar bin Abdullah Al Hamdani dari Yusai' Al
Kindi dari Nu'man bin Basyir dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya do'a adalah ibadah." Kemudian beliau
membaca: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
(QS Al Ghafir; 60)
b. Kitab Sunan al-Turmu>zi,
terdapad 3 Riwayat, yaitu pada Kitab Da’awat, Juz V, halaman 211, 374 dan 465
حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيِّعٍ
الْكِنْدِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ } قَالَ الدُّعَاءُ هُوَ
الْعِبَادَةُ وَقَرَأَ
{ وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِلَى قَوْلِهِ دَاخِرِينَ } قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ[27]
Artinya : Telah menceritakan
kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy
dari Dzar dari Yusayyi' Al Kindi dari Nu'man bin Basyir dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam tentang firman Allah: "Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu." QS Ghafir: 60. Beliau
bersabda: "Do'a adalah ibadah" beliau lalu membaca: "WA QAALA
RABBUKUM UD 'UUNII ASTAJIB LAKUM (Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Ku perkenankan bagimu) sampai ayat DAAKHIRIIN." Abu Isa
berkata; Hadits ini hasan shahih.
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ وَالْأَعْمَشِ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ }
قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ[28]
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada
kami Abdurrahman bin Mahdi telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur
dan Al A'masy dari Dzarr dari Yusai' Al Hadlrami dari An Nu'man bin Basyir
berkata: Aku mendengar nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda: "Doa
adalah ibadah" kemudian beliau membaca: "Dan Rabbmu berfirman:
'Berdoalah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk neraka Jahannam
dalam keadaan hina dina." (Al Mu`min: 60) Abu Isa berkata: Hadits ini
hasan shahih.
حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ
ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّعَاءُ
هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ }قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَاهُ
مَنْصُورٌ وَالْأَعْمَشُ عَنْ ذَرٍّ وَلَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ ذَرٍّ هُوَ
ذَرُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْهَمْدَانِيُّ ثِقَةٌ وَالِدُ عُمَرَ بْنِ ذَرٍّ[29]
Artinya : Telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin Mani' telah menceritakan kepada kami Marwan bin Mu'awiyah
dari Al A'masy dari Dzar dari Yusai' dari An Nu'man bin Basyir dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Doa adalah ibadah."
Kemudian beliau membaca ayat: Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina
dina." (QS. Ghafir 60), Abu Isa berkata; hadits ini adalah hadits hasan
shahih, dan telah diriwayatkan oleh Manshur serta Al A'masy dari Dzarr dan kami
tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Dzar bin Abdullah Al Hamdani, ia adalah
orang tsiqah, anak Umar bin Dzar.
c. Kitab Sunan Abu Daud,
terdapat 1 Riwayat, pada kitab S{alat, Juz 1, Halaman 359.
حَدَّثَنَا
حَفْصُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ
الْحَضْرَمِيِّ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ
عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ قَالَ {رَبُّكُمْ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ}[30]
Artinya : Telah meceritakan kepada
Kami Hafsh bin Umar, telah menceritakan kepada Kami Syu'bah dari Manshur dari
Dzarr dari Yusai' Al Hadhrami dari An Nu'man bin Basyir dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam beliau bersabda: "Doa adalah ibadah, Tuhan kalian telah
berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
d. Kitab Musnad Ahmad,
terdapat 5 Riwayat, pada Bab Hadis Nu’man bin Basyir. Halaman 267, 271
dan 276
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنِ الْأَعْمَشِ وَمَنْصُورٍ عَنْ ذَرٍّ
عَنْ يُسَيْعٍ الْكِنْدِيِّ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي }[31]
Artinya
: Telah menceritakan kepada kami Abdurrazaq telah mengabarkan kepada kami
Sufyan dari Al A'masy dan Manshur dari Dzar dari Yusayyi' Al Kindi dari Nu'man
bin Basyir, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya do'a itu adalah ibadah." Kemudian beliau membaca ayat:
'(Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan untuk kalian.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku..) '
(Qs. Ghaafir: 60).
حَدَّثَنَا
أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ الْكِنْدِيِّ عَنِ
النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ
الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ
ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ }
قَالَ
أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ يُسَيْعٌ الْكِنْدِيُّ يُسَيْعُ بْنُ مَعْدَانَ[32]
Artinya : Telah menceritakan kepada
kami Abu Mu'awiyah Telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Dzar dari
Yusai' Al Kindi dari An Nu'man bin Basyir ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya do'a itu adalah ibadah."
Kemudian beliau membaca ayat: '(Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku,
niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan
diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina) '
(Qs. GHaafir: 60). Abu Abdurrahman Yusai' Al Kindi adalah Yusai' bin
Ma'dan."
حَدَّثَنَا
ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ عَنِ النُّعْمَانِ
بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ
قَرَأَ { ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ }[33]
Artinya : Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Numair Telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Dzar dari
Yusai' dari An Nu'man bin Basyir ia berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Do'a adalah ibadah." Kemudian beliau
membaca ayat: '(Berdo'alah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan untuk
kalian…) ' (Qs. Ghaafir: 60).
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ ذَرٍّ الْهَمْدَانِيِّ عَنْ يُسَيْعٍ عَنْ النُّعْمَانِ
بْنِ بَشِيرٍ قَالَ
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ
ثُمَّ قَرَأَ
{ وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ }[34]
Artinya : Telah menceritakan
kepada kami Waki' Telah menceritakan kepada kami Al A'masy dari Dzarr Al
Hamdani dari Yusai' dari An Nu'man bin Basyir ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya do'a itu adalah
ibadah." Kemudian beliau membaca: "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir/Al-mukmin 60).
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ وَالْأَعْمَشِ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ
الْحَضْرَمِيِّ عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْطُبُ وَيَقُولُ إِنَّ الدُّعَاءَ هُوَ الْعِبَادَةُ ثُمَّ قَرَأَ { وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ } حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ
جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ ذَرٍّ عَنْ يُسَيْعٍ الْحَضْرَمِيِّ
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ كَذَا قَالَ شُعْبَةُ مِثْلَهُ قَالَ أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ
أُخْبِرْتُ أَنَّ أُسَيْعًا هُوَ يُسَيْعُ بْنُ مَعْدَانَ الْحَضْرَمِيُّ[35]
Artinya : Telah menceritakan
kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dari Manshur dan Al A'masy dari Dzarr dari
Yusai' Al Hadlrami dari An Nu'man bin Basyir ia berkata; Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah, dan beliau bersabda:
"Sesungguhnya do'a itu adalah ibadah." Kemudian beliau membacakan
ayat: "Dan Tuhanmu berfirman: 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu.'" (QS. Ghafir/Almukmin 60). Telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Ja'far Telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari
Manshur dari Dzarr dari Yusai' Al Hadlrami dari An Nu'man bin Basyir ia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda. Maka ia pun
menyebutkan semisalnya. Syu'bah berkata yang semisal dengan itu. Abu
Abdurrahman berkata; "Saya dikabarkan bahwa Yusai' adalah Yusai' bin
Ma'dan."
e. I’tiba>r H{adis\
Setelah melakukan takhri>j,
maka langkah selanjutnya adalah melakukan i‘tiba>r[36].
I‘tiba>r merupakan bagian dari
langkah-langkah kritik hadis. Salah satu fungsinya adalah melacak secara
kuantitas sanad sebuah hadis sehingga akan terlihat apakah hadis yang menjadi
obyek kajian merupakan hadis gari>b, masyhu>r, atau
mencapai derajat mutawa>tir.[37]
Melalui i‘tiba>r, akan
terlihat dengan jelas seluruh sanad hadis. Apabila hadis itu diriwayatkan melalui jalur lain dengan sahabat yang
lain maka itu disebut sya>hid.[38] Sedangkan apabila ada dua periwayat dalam
satu guru maka itu disebut Muta>bi’.[39]
Jika ditelusuri lebih jauh tentang hadis yang menjadi
objek kajian dalam Kutub al-Tis’ah, Maka penulis menemukan 10
jalur periwayatan, yang kemudian dirinci sebagai berikut :
Ø Sunan Ibnu Majah, di dalamnya
terdapat 1 jalur periwayatan.
Ø Sunan Tirmidzi, di dalamnya terdapat
3 jalur periwayatan.
Ø Sunan Abu Daud, di dalamnya terdapat
1 jalur periwayatan.
Ø Musnad Imam Ahmad, di dalamnya
terdapat 5 jalur periwayatan.
Selanjutnya, peneliti memilih jalur periwayatan yang ada
pada kitab Sunan Ibnu
Majah dari jalur Nu’man bin Basyir untuk diteliti
sanad dan matannya,
dengan pertimbangan bahwa selama ini yang paling banyak dipegangi
oleh masyarakat hanyalah melalui jalur Bukhari dan Muslim dijadikan landasan
dalam mengamalkan suatu hadis dari Nabi SAW. Adapun jalur sanad yang dimaksud
ialah sebagai berikut:
حدثنا حفص
بن عمر حدثنا شعبة عن منصور عن ذر عن يسيع الحضرمى عن النعمان بن بشير عن النبى
-صلى الله عليه وسلم- قال « الدعاء هو العبادة
(قال ربكم ادعونى أستجب لكم) ».
Artinya : Telah meceritakan kepada Kami Hafsh bin Umar,
telah menceritakan kepada Kami Syu'bah dari Manshur dari Dzarr dari Yusai' Al
Hadhrami dari An Nu'man bin Basyir dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
beliau bersabda: "Doa adalah ibadah, Tuhan kalian telah berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu."
Untuk
mempermudah pembuatan skema, berikut ini diuraikan dalam bentuk daftar
periwayat dari setiap jalur sanad yang ada.
a.
Sunan
Ibnu Majah
|
Urutan nama
periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat I
|
Sanad VI
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat II
|
Sanad V
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat III
|
Sanad IV
|
|
Sulaiman bin Mihran
|
Periwayat IV
|
Sanad III
|
|
Waki' bin Al Jarrah bin Malih
|
Periwayat V
|
Sanad II
|
|
Ali bin Muhammad bin Ishaq
|
Periwayat VI
|
Sanad I
|
|
Ibnu Majah
|
Periwayat VII
|
Mukharrij
|
b.
Sunan al-Turmu>zi
|
rutan nama
periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat I
|
Sanad VI
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat II
|
Sanad V
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat III
|
Sanad IV
|
|
Sulaiman bin Mihran
|
Periwayat IV
|
Sanad III
|
|
Abu Muawiyah
|
Periwayat V
|
Sanad II
|
|
Hannad bin As Sariy bin Mush'ab
|
Periwayat VI
|
Sanad I
|
|
at-Tirmizi
|
Periwayat VII
|
Mukharrij
|
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
VII
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
VI
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
V
|
|
Manshur bin Al Mu'tamir
|
Periwayat
IV
|
Sanad
IV
|
|
Sufyan
bin Sa'id bin Masruq
|
Periwayat V
|
Sanad
III
|
|
Abdur
Rahman bin Mahdiy bin Hassan bin 'Abdur Rahman
|
Periwayat VI
|
Sanad II
|
|
Muhammad
bin Basysyar bin 'Utsman
|
Periwayat
VII
|
Sanad I
|
|
at-Tirmizi
|
Periwayat
VIII
|
Mukharrij
|
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
VI
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
V
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
IV
|
|
Sulaiman bin Mihran
|
Periwayat
IV
|
Sanad
III
|
|
Marwan
bin Mu'awiyah bin Al Harits bin Asma' bin Kharijah
|
Periwayat V
|
Sanad II
|
|
Ahmad
bin Mani' bin 'Abdur Rahman
|
Periwayat VI
|
Sanad I
|
|
at-Tirmizi
|
Periwayat
VII
|
Mukharrij
|
c.
Sunan Abu Daud
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
VI
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
V
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
IV
|
|
Manshur bin Al Mu'tamir
|
Periwayat
IV
|
Sanad
III
|
|
Syu'bah
bin Al Hajjaj bin Al Warad
|
Periwayat V
|
Sanad II
|
|
Hafsh
bin 'Umar bin Al Harits bin
|
Periwayat VI
|
Sanad I
|
|
Abu Daud
|
Periwayat
VII
|
Mukharrij
|
d.
Musnad
Ahmad
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
VI
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
V
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
IV
|
|
Sulaiman
bin Mihran
dan
Manshur bin Al Mu'tamir
|
Periwayat
IV
|
Sanad
III
|
|
Sufyan
bin Sa'id bin Masruq
|
Periwayat V
|
Sanad II
|
|
Abdur
Razzaq bin Hammam bin Nafi'
|
Periwayat VI
|
Sanad I
|
|
Ahmad bin Hambal
|
Periwayat
VII
|
Mukharrij
|
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
V
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
IV
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
III
|
|
Sulaiman bin Mihran
|
Periwayat
IV
|
Sanad
II
|
|
Abu
Muawiyah
|
Periwayat V
|
Sanad I
|
|
Ahmad bin Hambal
|
Periwayat
VI
|
Mukharrij
|
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
V
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
IV
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
III
|
|
Sulaiman bin Mihran
|
Periwayat
IV
|
Sanad
II
|
|
Abdullah
bin Numair
|
Periwayat V
|
Sanad I
|
|
Ahmad bin Hambal
|
Periwayat
VI
|
Mukharrij
|
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
V
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
IV
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
III
|
|
Sulaiman bin Mihran
|
Periwayat
IV
|
Sanad
II
|
|
Waki'
bin Al Jarrah bin Malih
|
Periwayat V
|
Sanad I
|
|
Ahmad bin Hambal
|
Periwayat
VI
|
Mukharrij
|
|
Urutan
nama periwayat
|
Urutan
Periwayat
|
Urutan
Sanad
|
|
An Nu'man bin Basyir binb Sa'ad
|
Periwayat
I
|
Sanad
VI
|
|
Yusayyi' bin Ma'dan
|
Periwayat
II
|
Sanad
V
|
|
Dzarr bin 'Abdullah bin Zurarah
|
Periwayat
III
|
Sanad
IV
|
|
Manshur
bin Al Mu'tamir
Dan
Sulaiman
bin Mihran
|
Periwayat
IV
|
Sanad
III
|
|
Syu'bah bin Al Hajjaj bin
Al Warad
Dan
Sufyan bin
Sa'id bin Masruq
|
Periwayat V
|
Sanad
II
|
|
Muhammad bin
Ja'far
Dan
Abdur Rahman
bin Mahdiy bin Hassan
bin 'Abdur
Rahman
|
Periwayat VI
|
Sanad I
|
|
Ahmad bin Hambal
|
Periwayat
VII
|
Mukharrij
|
Setelah
melihat semua jalur sanad, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa dari
10 periwayatan
tersebut diatas, tidak mempunyai Sya>hi>d
maupun Muta>bi’ karena ditemukan
hanya satu perawi yang meriwayatkan dari Rasulullah saw. yaitu an-Nu’ma>n
bin Basyi>r, sehingga hadis ini berstatus gari>b. Begitupun pada
level setelah sahabat juga ditemukan 1 perawi yang meriwayatkan
dari an-Nu’ma>n bin Basyi>r, yaitu Yu>sayyi' bin Ma'da>n.
Untuk lebih jelasnya, berikut skema sanad
dari hadis yang menjadi objek kajian:
[1]Abu> al-Husain Ahmad bin
Fa>ris bin Zakaria, Mu’jam Maqa>yi>s al-Lughah , Juz II (t.tp; Da>r al-Fikr, 1399
H/1979 M), h. 175.
[3]Abdul
Majid Khon, Ulumul Hadis, Edisi I (Cet. I; Jakarta: Amzah, 2008), h.
115.
[4]Al-Sya>hid
adalah hadis yang diriwayatkan oleh dua orang sahabat atau lebih, sedangkan al-muta>bi’
adalah hadis yang diriwayatkan dua orang atau lebih setelah sahabat, meskipun
pada tingkatan sahabat hanya satu orang saja. Lihat: ‘Abd al-H{|||a|||||q ibn
saif al-Di>n ibn Sa‘dulla>h al-Dahlawi>, Muqaddimah fi>
Us}u>l al-H{adi>s\ (Cet. II;
Beirut: Da>r al-Basya>ir al-Isla>miyah, 1986 M.) h. 56-57.
[6]Abu
Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, T{uruq
Takhri>ji H{adi>s\ al-Rasu>l Allah S{allalla>hu ‘Alaih wa Sallam
(Cet. I; Beirut: Da>r al-I‘tis}a>m, 1994), h. 61.
[11]Kelebihan yang dimiliki kitab ini yakni; penyusunannya
yang teliti yang memudahkan peneliti sampai kepada tujuan, dapat melakukan
takhri>j hadis dari sahabat yang di cari, dapat mengetahui hadis-hadis yang
dimiliki setiap sahabat dalam tujuh induk hadis, dapat mengetahui hadis-hadis
mursal yang terdapat dalam tujuh kitab tersebut, dapat mengetahui hadis-hadis
yang dalam jalannya sanad terdapat seorang yang samar namanya, agar dapat
dijadikan ibarat untuk dipelajari melalui periwayat lain yang bersambung,
terutama kesamaran nama tersebut terjadi pada selain sahabat. Sedangkan
kekurangannya: penggunaan kitab ini sangat bergantung pada pengenalan perawi
teratas, baik sahabat atau tabi’in. Ini sesuatu yang terkadang tidak mudah,
kesulitan mencari hadis yang diriwayatkan oleh sahabat yang termaksud banyak
riwayatnya.
[12]Abdul
Gaffar Sulaiman al-Bandary, Mansuah Rijal al-Kutubu al-Tir’ah ( Juz I,
Beirut: Dar al-kutub al’ilmiyah,t.th),hal 22. Dan lihat Abu
Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, op.cit, hal.112
[13]Kelebihan musnad ini ialah; musnad ini mencakup
hadis–hadis dalam jumlah yang sangat banyak, memiliki nilai kebenaran yang
lebih banyak dari yang lainnya, kitab ini mencakup hadis-hadis dan as|ar-as|ar
yang tidak terdapat pada lainya. Sedangkan kekurangannya: tanpa mengetahui nama
sahabat tidak mungkin sampai pada hadis yang ditujuh ,untuk mengetahui hadis
maudhu’ mengharuskan membaca musnad keseluruan, dari segi tata letaknya
mengakibatkan sulit menggunakan musnad dengan efisien.
[16]Abdul Majid
Khon, op.cit., h. 127.
[17]Yang
dimaksud hadis qudsi adalah hadis yang disandarkan kepada rasulullah saw. dan
disandarkan kepada Allah swt. Lihat Nur al-Din ltr manhaj al-naqd fi al-hadis
(damaskus dar al-fikr,1979).
[18]Abu
Muh}ammad Mahdi ibn ‘Abd al-Qadi>r ibn ‘Abd al-Ha>di>, op.cit, h.194.
[19]al-H}<afiz} Jalal al-Din Abu> al-Fad}l
‘‘Abd al-Rah}man ibn Abi> Bakr Muh}ammad al-Khudairi al-Suyu>t}i>, Fath} al-Kabi>r
fi> Damm al-Ziya>dah ila> Ja>mi’ al-S{agi>r (Beirut: Dar al-Kita>b al-‘Arabi, t.th), h. 109.
[20]Abu> Muhammad, Metode
Takhrij Hadis. (Cet.I. Semarang: Dina Utama, 1994)
[21]Kitab ini memuat hadis-hadis
dari sembilah kitab induk hadis (Kutub al-Tis’ah). yaitu 1. S{ah}i>h}
Bukhari, 2. S{ah}i>h} Muslim, 3. Sunan Turmu>z\i>, 4. Sunan Abu>
Da>ud, 5. Sunan Nasa>’I, 6. Sunan Ibn Majah, 7. Sunan al-Da>rimi, 8.
Muwaththa’ Ma>lik, 9. Musnad Ima>m Ah}mad.
[22] A.J
(Ahmad John) Weinsijk,
Mu’jam Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi Juz II (Leiden: Maktabah Baril, 1936 M), h.132
[23] A.J
(Ahmad John) Weinsijk,
Mu’jam Mufahras li Alfa>z} al-H{adi>s\ al-Nabawi Juz IV (Leiden: Maktabah Baril, 1936 M), h.116
[24]Kitab
At}ra>f ini memudahkan dalam pencarian hadis, mencari dan mengetahui sanad
dari suatu hadis maka itu dapat dilakukan melalui kitab ini, jika tujuan
mencari hadis untuk mengetahui sanad-sanadnya maka hal itu telah dihimpun oleh
kitab at}raf akan tetapi jika ingin mengetahui lafaz matan maka kitab ini tidak
dapat dipakai karena hanya mencantumkan sedikit matan saja dari suatu hadis.
lihat al-Ima>m al-H{a>fiz} Ah}mad bin ‘A<li bin Muh}ammad bin H{ajar al-‘As\qala>ni,
ithaf al-Mahrah bi al-fawa>idi al-Mubtakirah min at}ra>f
al-‘Asyrah (Madinah: Mujjamma’
al-Ma>lik Fahd li t}aba’at al-Mushaf al-Syari>f, 1315 H), h.30.
[25] [25]Jamal al-Din Abu>
al-Hajja>j al-Mizzi, Tuhfah al-Asyra>f bi Ma’rifah al-At}ra>f, juz
11 (Beirut: Dar al-Qayyimah, 1983 M/1403 H), h. 22.
[27] Muhammad bin ‘>Isa Abu> ‘I>sa
al-Tirmi>z\i> al-Salami>, al-Ja>mi’ al-S}ah}ih} Sunan al-Timi>z\i,
Juz V, hal. 211.
[28] Muhammad bin ‘>Isa Abu> ‘I>sa
al-Tirmi>z\i> al-Salami>, al-Ja>mi’ al-S}ah}ih} Sunan al-Timi>z\i,
Juz V, hal. 374.
[29] Muhammad bin ‘Isa Abu> ‘Isa
al-Turmu>zi> al-Salamiy, al-Ja>mi’ al-S{ah}i>h} Sunan
al-Turmu>zi> Juz 5 (Beirut: Dar Ihya al-Turats al-‘Arabiy, t.th.), h.
456.
[30] Sulaiman bin al-Asy’ats Abu>
Da>ud al-Sajastaniy al-Azdiy, Sunan Abi> Da>ud. Juz 1 (t.t,:
Dar al-Fikr, t.th.), h. 466.
[31] Ah}mad
ibn H{ambal Abu> ‘AbdIllah al-Syaiba>ni>, Musnad al-Ima>m Ah}mad
ibn H{ambal, juz IV, hal 267.
[32] Ah}mad
ibn H{ambal Abu> ‘AbdIllah al-Syaiba>ni>, Musnad al-Ima>m Ah}mad
ibn H{ambal, juz IV, hal 271.
[33] Ah}mad
ibn H{ambal Abu> ‘AbdIllah al-Syaiba>ni>, Musnad al-Ima>m Ah}mad
ibn H{ambal, juz IV, hal 271.
[34] Ah}mad
ibn H{ambal Abu> ‘AbdIllah al-Syaiba>ni>, Musnad al-Ima>m Ah}mad
ibn H{ambal, juz IV, hal 276.
[35] Ah}mad
ibn H{ambal Abu> ‘AbdIllah al-Syaiba>ni>, Musnad al-Ima>m Ah}mad
ibn H{ambal, juz IV, hal 276.
[36]
Secara etimologi, kata I‘tiba>r
merupakan masdar dari kata i‘tabara yang berarti peninjauan terhadap
berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis.
Secara terminologi ilmu hadis, i’tiba>r berarti menyertakan
sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis, yang hadis itu pada bagian sanadnya
tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan
sanad-sanad yang lain tersebut akan diketahui apakah ada periwayat lain atau
tidak ada untuk bagian sanad hadis dimaksud. Lihat M. Syuhudi Ismail, op.cit., h. 51-52.
[37]
Hadis gari>b
adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi, baik pada seluruh level
sanad, sendiri pada sebagian level sanad maupun hanya sendiri pada satu level
sanad. Hadis masyhu>r adalah hadis yang diriwayatkan oleh sekelompok
periwayat dari awal hingga akhir hanya saja jumlahnya tidak mencapai level
hadis mutawa>tir, semisal hadis yang diriwayatkan oleh 3 orang saja. Hadis mutawa>tir
adalah hadis yang diriwayatkan sekelompok orang dari awal hingga akhir sanad
yang mustahil melakukan kesepakatan dusta atas hadis yang diriwayatkan. Dengan
demikian, syarat sebuah hadis mutawa>tir adalah periwayatnya harus
banyak minimal 10 orang pada setiap level sanad, mustahil secara uruf melakukan
kesepakatan dusta untuk membuat hadis, sigat yang digunakan jelas. Mah{mu>d al-T{ah}h}a>n, op.
cit., h. 20.
Lihat juga: Muh{ammad bin Muh{ammad Abu> Syahbah, al-Wasi>t} fi>
‘Ulu>m wa Mus}t}alah} al-H{adi>s\ (t.t.: ‘A<lam al-Ma‘rifah,
t.th.), h. 201. Ah}mad al-‘Us\ma>niy al-Taha>nawiy, Qawa>‘id fi>
‘Ulu>m al-H{adi>s\ (Cet. II; al-Riya>d{: Maktab
al-Mat}bu>‘a>t al-Isla>miyah, 1404 H./1984 M.), h. 33. Bandingkan
dengan: Ah{mad ‘Umar Ha>syim, Qawa>‘id Us}u>l al-H}adi>s\ (Beirut:
Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1404 H./1984 M.), h. 158.
Menurut hemat penulis, definisi hadis masyhu>r tersebut perlu dikaji
kembali karena pada dasarnya bukan kuantitasnya yang menyebabkan sebuah hadis
divonis mutawa>tir atau tidak akan tetapi lebih penekanan kualitas
individualnya, jadi bisa jadi sebuah hadis divonis mutawa>tir meskipun
hanya diriwayatkan oleh 3 orang saja. Mah{mu>d al-T{ah}h}a>n, op.cit.,
h. 14. Muh{ammad
bin Muh{ammad Abu> Syahbah, op.cit., h. 195. Ah}mad al-‘Us\ma>niy
al-Taha>nawiy, op.cit., h. 32. Ah{mad ‘Umar Ha>syim, op.cit., h.
143.
[38]Ah}mad
Muh}ammad Sya>kir, al-Ba>’its al-Has\is\: Syarh} ikhtis}a>r
‘ulu>m al-H{adi>s\ (Cet 2; Damaskus: Maktabah dar al-Islam, 1417 H),
h 68. lihat juga al-Ima>m al-H{a>fiz} ‘Umar bin ‘ali ibn al-Nahwi
al-Ma’ruf (Ibnu Malqan), al-Taz\kirah fi ‘ulu>m al-H{adi>s\ (Cet !;
Amman:Dar al-‘amma>r, 1408 H), h. 20.
[39]Must}afa>
bin al-‘Adawi, Taysir Mus}t}alah al-H{a>di>s\: Fi> Su’a>l wa
Jawa>b (Cet 2; Mekkah: Maktabah al-Haramain li al-Ulum al-Nafi’ah, 1990
M / 1410 H), h. 49.
